Rutinitas pagiku masih diisi dengan mengantar anak ke sekolah dan menunggunya sampai pulang, tidak lama hanya 2 jam. Duduk di kantin sekolah memberi kesempatan bagiku untuk bertemu banyak orang, masing-masing dengan karakternya dan cerita hidupnya. Seminggu ini 2 kali aku mendengarkan curahan hati seorang ibu tentang anaknya.
Kemarin aku dipertemukan dengan seorang nenek tua renta yang badannya bungkuk. Rumahnya tidak jauh dari sekolah, dan pagi itu dia ingin membeli sarapan lontong di kantin. Sambil menunggu nenek kantin siapkan lontong, ia bercerita kepada kami yang duduk di kantin tentang gundah gelana hatinya. Di usianya yang hampir menginjak 80 tahun ada satu kekhawatiran yang selama ini beliau pendam. Seorang anak laki-lakinya (hampir 50 tahun) yang belum/tidak mau menikah, perasaannya seperti dingin terhadap perempuan. Si nenek dengan jelas mengatakan bahwasanya beliau tidak akan bisa pergi meninggalkan dunia ini dengan tenang jika belum melihat anaknya itu menikah. Dan rasa tanggung jawab sebagai orang tua juga belum bisa lepas darinya jika si anak belum menikah, beliau tidak bisa hidup tenang.